Selasa, 26 September 2017

KESEHATAN MENTAL

KESEHATAN MENTAL
1.      Jelaskan ciri-ciri mendasar dari kepribadian yang sehat menurut berbagai para ahli kepribadian!
JAWAB :
            Allport menyebutkan bahwa orang yang sehat dengan orang yang matang adalah orang yang memiliki ciri-ciri kepribadian sebagai berikut : memiliki perluasan diri, memiliki hubungan yang hangat dengan orang lain, memiliki keamanan emosional, memiliki persepsi yang realistis, memiliki beberapa keterampilan dan tugas-tugas, memiliki pemahaman diri, serta memiliki filsafat hidup yang mempersatukan.
            Carl Rogers menjelaskan bahwa orang yang sehat adalah orang yang memiliki motivasi untuk aktualisasi[1], mereka disebut sebagai orang yang berfungsi sepenuhnya. Ciri-ciri orang yang memiliki kepribadian yang sehat adalah memiliki keterbukaan pada pengalaman, kehidupan eksistensial, kepercayaan terhadap organisme sendiri, serta memiliki perasaan bebas.
            Erich Fromm menjelaskan mengenai orang yang memiliki kepribadian yang sehat adalah orang yang memilki 5 kebutuhan, yaitu : hubungan transedensi berakar, perasaan identitas, serta kerangka orientasi.
            Frank menyebutkan bahwa orang yang sehat mental merupakan orang yang mengatasi diri. Menurutnya, ada 3 sistem nilai yang fundamental yang berhubungan denga 3 cara memberi arti kepada kehidupan, yakni nilai-nilai daya cipta (kreatif), nilai-nilai pengalaman dan nilai-nilai sikap.[2]


2.      Apa ciri utama sehat mental menurut Rogers?
JAWAB :
Model Rogers (Orang yang Berfungsi Sepenuhnya)
            Rogers mengemukakan bahwa pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi cara bagaimana kita memandang masa sekarang, yang pada gilirannya mempengaruhi tingkat kesehatan psikologis kita. Jadi, pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak adalah penting tetapi fokus Rogers tetap pada apa yang terjadi dengan kita sekarang bukan pada apa yang terjadi waktu itu.[3]
            Rogers percaya bahwa karena realitas ini tergantung pada pengalaman-pengalaman perseptual setiap orang, maka realitas itu akan berbeda untuk setiap orang.
a.       Motivasi orang yang sehat (aktualisasi)
            Rogers menempatkan suatu dorongan  -  suatu kebutuhan fundamental – dalam sistem nya tentang kepribadian, yakni memeliharakan, mengaktualisasikan dan meningkatkan semua segi individu. Kecendrungan ini dibawa sejak lahir dan meliputi komponen-komponen pertumbuhan fisiologis dan psikologis, meskipun selama tahun-tahun awal kehidupan, kecenderungan tersebut lebih terarah kepada segi segi fisiologis.[4]
            Ketika seseorang bertambah besar, maka “diri” mulai berkembang. Pada saat itu juga tekanan dalam aktualisasi beralih dari yang fisiologis kepada yang psikologis. Tumbuh dan bentuk-bentuk serta fungsi-fungsinya yang khusus setelah mencapai tingkat perkembangan yang dewasa dan pertumbuhan, kemudian berpusat pada kepribadian.

b.      Orang orang yang berfungsi sepenuhnya
            Rogers mengemukakan tentang kehidupan yang sehat (kepribadian yang sehat), bukan merupakan suatu keadaan dari ada, melainkan suatu proses, “suatu arah bukan suatu tujuan”.[5]
            Rogers memberikan 5 sifat orang yang berfungsi sepenuhnya (Schultz & Schultz, 2005), yaitu[6]:
1)      Keterbukaan pada pengalaman
            Kepribadian adalah fleksibel, tidak hanya mau menerima pengalaman-pengalaman yang diberikan, namun dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan-kesempatan persepsi dan ungkapan baru.
2)      Kehidupan eksistensial
            Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat menyesuaikan diri karena struktur-diri terus menerus terbuka kepada pengalaman-pengalaman baru.
3)      Kepercayaan terhadap organisme sendiri
            “Apabila suatu aktivitas terasa seakan-akan berharga atau perlu dilakukan, maka aktivitas itu perlu dilakukan”. Dengan kata lain bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar merupakan pedoman yang sangat dapat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan, lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual.
4)      Perasaan bebas
            Rogers percaya bahwa semakin seseorang sehat secara psikologis, ia juga semakin mengalami kebebasan untuk mrmilih dan bertindak.
5)      Kreativitas
            Orang-orang yang kreatif dan spontan, tidak terkenal karena konformitas atau penyesuaian diri yang pasif terhadap tekanan-tekanan sosial dan kultural.

3.      Apa dorongan utama pada orang yang sehat menurut Frankl?
JAWAB :
Model Frankl (Orang yang Mengatasi Diri)
            Viktor Frankl percaya bahwa hakikat dari eksistensi manusia terdiri dari tiga faktor (Schultz, 1994), yaitu[7]:
a.       Spiritualitas. Adalah suatu konsep yang sulit dirumuskan, tidak dapat direduksikan dan tidak dapat diterangkan dengan istilah-istilah material.
b.      Kebebasan. Kita memiliki dan harus menggunakan kebebasan kita untuk memilih bagaimana kita akan bertingkah laku jika kita menjadi sehat secara psikologis.
c.       Tanggung jawab. Orang-orang yang sehat akan memikul tanggung jawab, menggunakan waktu mereka dengan bijaksana agar karya mereka (kehidupan mereka) tetap berkembang, meskipun kodrat kehidupan singkat dan fana.  
                        Ada 3 sistem nilai fundamental (pokok) yang berhubungan dengan 3 cara memberi arti kepada kehidupan, yakni[8] :
a.       Nilai-nilai daya cipta (kreatif). Biasanya hal ini berkenaan dengan suatu macam pekerjaan, meskipun nilai-nilai daya cipta dapat diungkapkan dalam semua bidang kehidupan.
b.      Nilai-nilai pengalaman. Diungkapkan dengan menyerahkan diri sendiri pada keindahan alam atau seni. 
c.       Nilai-nilai sikap. Sikap ialah situasi situasi dimana kita tidak mampu untuk mengubahnya atau menghindarinyakondisi-kondisi nasib yang tidak dapat diubah. Apabila kita berhadapan dengan situasi tersebut, satu-satunya cara yang rasional untuk memberikan respons adalah menerimanya.

4.      Apa kebutuhan utama orang yang sehat mental menurut Erich Fromm?
JAWAB :
Model Erich Fromm (Orang yang Produktif)
            Fromm mengemukakan 5 kebutuhan yang berasal dari dikotomi kebebasan dan keamanan (Schultz dan Schultz, 2005), yaitu[9] :
a.       Hubungan
            Cara yang sehat untuk berhubungan dengan dunia ialah melalui “cinta”. Cinta dapat memuaskan kebutuhan akan keamanan juga menimbulkan suatu perasaan integritas dan individualitas. Fromm mendefinisikan cinta meliputi cinta orang tua terhadap anak, cinta kepada diri sendiri, dan dalam pengertian yang lebih luas, seperti solidaritas dengan semua orang dan mencintai mereka.
b.      Transedensi
            Fromm percaya bahwa dalam perbuatan menciptakan (anak-anak,  ide- ide, kesenian, atau barang barang material) manusia mengatasi kodrat eksistensi yang pasif dan aksidental.
            Menciptakan ialah cara ideal atau sehat untuk melebihi keadaan binatang yang pasif yang tidak dapat diterima oleh manusia karena kemampuan pikiran dan daya khayalnya.
            Oleh karenanya, Fromm percaya bahwa jalan untuk kreativitas ialah destruktifitas. Keduanya sangat melekat pada kodrat manusia. Namun, kreativitas merupakan potensi utama dan menyebabkan kesehatan psikologis. Destruktifitas hanya menyebabkan penderitaan objek perusakan dan juga si perusak.
c.       Berakar
            Seperti kebutuhan kebutuhan lainnya,akar dapat dicapai secara positif atau negatif. Cara yang ideal ialah membangun suatu perasaan persaudaraan dengan sesama umat manusia. Perasaan solidaritas dengan orang lain memuaskan kebutuhan untuk berakar, untuk berkoneksi dan berhubungan dengan dunia.
d.      Perasaan identitas
            Cara yang sehat untuk memuaskan kebutuhan ini ialah “individualitas”, proses dimana seseorang mencapai suatu perasaan tertentu tentang identitas diri. Orang-orang dengan perasaan individualitas yang berkembang baik mengalami diri mereka seperti lebih mengontrol kehidupan mereka sendiri, dan kehidupan mereka tidak dibentuk oleh orang lain.
            Cara yang tidak sehat dalam membentuk suatu perasaan identitas adalah “menyesuaikan diri” dengan sifat-sifat suatu bangsa, ras, agama, atau pekerjaan. Dengan cara ini identitas ditentukan berdasarkan kualitas-kualitas suatu kelempok, bukan berdasarkan kualitas-kualitas diri.
e.       Kerangka orientasi
            Dasar yang ideal untuk kerangka orientasi adalah “pikiran” yakni sarana yang digunakan seseorang untuk mengembangkan suatu gambaran realistis dan objektif tentang dunia. Fromm sangat mementingkan persepsi objektif tentang pernyataan. Semakin objektif persepsi kita, maka kita semakin berhubungandengan kenyataan, jadi semakin matang dan tangkas pula kita dalam menanggulangi dunia luar. Pikiran harus dikembangkan dan diterapkan dalam semua segi kehidupan. Misalnya, seseorang dikuasai oleh mitos atau takhayul dalam suatu segi kehidupan, maka penerapan pikiran pada segi-segi kehidupan lainnya akan terhambat.



5.      Apa makna orang yang matang versi Allport?
Model Allport (Orang yang Matang)

            Pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat, terdapat 7 kriteria kematangan (Schultz dan Schultz, 2005), yaitu[10] :
a.       Perluasan perasaan diri
            Dalam pandangan Allport, suatu aktifitas harus relevan dan penting bagi diri, serta harus berarti bagi orang tersebut.
b.      Hubungan diri yang hangat dengan orang orang lain
            Allport membedakan 2 macam kehangatan dalam hubungan dengan orang orang lain, yakni :
1)      Kapasitas untuk keintiman
            Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orang tua, anak, partner, dan teman akrab.
2)      Kapasitas untuk perasaan terharu
            Adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa.
                        Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan-penderitaan, ketakutan-ketakutan, dan kegagalan-kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia. Empati ini timbul melalui “perluasan imajinatif” dari perasaan seseorang terhadap kemanusiaan pada umumnya.
c.       Keamanan emosional
            Sifat dari kepribadian yang sehat adalah penerimaan diri. Kepribadian yang sehat mampu menerima semua segi dari keberadaan mereka, termasuk kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang ada tanpa menyerah secara pasif. Kepribadian-kepribadian yang sehat mengontrol emosi-emosi mereka, sehingga emosi-emosi ini tidak mengganggu aktifitas-aktifitas antar- pribadi. Kualitas lain dari keamanan emosional ialah “sabar menghadapi kekecewaan”.
d.      Persepsi realistis
            Orang orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Sebaliknya orang orang yang neurotis kerap kali harus merubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri. Orang orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau semua situasi-situasi adalah jahat atau semacamnya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.
e.       Keterampilan-keterampilan dan tugas-tugas
            Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri sendiri didalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukan perkembangan keterampilan-keterampilan dan bakat bakat tertentu suatu tingkat kemampuan. Tetapi tidaklah cukup hanya memiliki keterampilan-keterampilan yang relevan, kita harus menggunakan keterampilan-keterampilan itu secara ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita.
f.       Pemahman diri
            Kriteria ini terkandung dalam petunjuk lama “kenallah dirimu” tentu merupakan suatu tugas yang sulit. Kepribadian yang sehat mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang lebih tinggi daripada orang-orang yang neurotis.     Hubungan lain yang penting adalah hubungan antar apa yang dipikirkan seseorang tentang dirinya itu. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang-orang lain dalam merumuskan sesuatu gambaran diri yang objektif.
g.      Filsafat hidup yang mempersatukan
            Orang-orang yang sehat senantiasa melihat “kedepan”, didorong oleh tujuan-tujuan dari rencana-rencana jangka panjang. Orang-orang ini mempunyai suatu perasaan akan tujuan, suatu tugas untuk bekerja sampai selesai, sebagai batu sendi kehidupan mereka, dan ini memberi kontunuitas bagi kepribadian mereka.
            Allport menyebutkan dorongan yang mempersatukan ini sebagai “arah”, dan lebih kelihatan pada kepribadian-kepribadian yang sehat daripada orang-orang yang neurotis. Arah itu membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu tujuan, serta memberikan orang itu suatu alasan untuk hidup.
            Suara hati juga ikut berperan dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Allport mengemukakan perbedaan antara suara hati yang matang dan suara hati yang tidak matang atau neurotis. Suara hati yang tidak matang bercirikan perasaan “harus”, bukan “sebaiknya”. Dengan kata lain, orang yang tidak matang berkata: “saya harus bertingkah laku begini”, orang yang sehat berkata: “saya sebaiknya bertingkah laku begini”. Suara hati yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan kepada orang lain.



[1] Dede Rahmat Hidayat, Bimbingan Konseling Kesehatan Mental Disekolah, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 82.
[2] Ibid., h. 83.
[3] Ibid., h. 63.
[4] Ibid., h. 64
[5] Ibid., h. 65.
[6] Ibid., h. 67.
[7] Ibid., h. 77.
[8] Ibid., h. 80.
[9] Ibid., h. 72.
[10] Ibid., h. 56. 

Rabu, 20 September 2017

PENGEMBANGAN KOGNTIF

PENGEMBANGAN KOGNITIF
A.    Teori Kognitif
1.      Jean Piaget
            Menurut Jean Piaget ada 4 tahapan perkembangan kognitif anak, yaitu[1] :
a.       Tahap Sensori-motor (0 - 2 Tahun)
            Selama tahap ini, inteligensi (kecerdasan) yang dimiliki anak masih berbentuk primitif (belum berkembang). Anak dengan tahap ini belajar berbuat terhadap lingkungannya sebelum ia mampu berpikir mengenai apa yang sedang ia perbuat.
            Ketika seorang bayi berinteraksi dengan lingkungan nya, ia akan mengasimilasikan skema sensori motor sedemikian rupa dengan mengarahkan kemampuan akomodasi yang ia miliki hingga mencapai ekuilibrium yang memuaskan kebutuhan nya.
            Mampukah seorang bayi menggali objeck permanence? Dalam rentang usia antara 18-24 bulan, barulah kemampuan melakuan objeck permanence anak tersebut muncul[2] secara bertahap dan sistematis. Dalam rentang usia setahun setengah hingga dua tahun itu, benda-benda mainan dan orang-orang yang biasa berada di sekitar nya (seperti ibu dan pengasuhnya) akan ia cari dengan sungguh-sungguh apabila ia memperlukannya.
b.      Tahap Praoperasional (2 - 7 tahun)
            Perkembangan ini bermula pada saat anak  telah memiliki penguasaan sempurna mengenai object permanence. Artinya, anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang harus ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan, atau sudah tak dilihat dan tak didengar lagi.
            Apakah yang mendasari munculnya kemampuan abstrak  ini? Perolehan kemampuan berupa kesadaran terhadap eksistensi object permanence (ketetapan adanya benda) adalah hasil dari munculnya kapasitas kognitif baru yang disebut representation atau mental representation (gambaran mental). Secara singkat representasi adalah suatu yang mewakili atau menjadi simbol atau wujud sesuatu yang lainya.
            Dalam periode ini anak mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu mengekspresikan kalimat-kalimat pendek tetapi efektif.
c.       Tahap Konkret-Operasional (7 - 11 tahun)
            Menurut Piaget, tidak sedikit pemikiran orang dewasa yang juga menggunakan intuisi seperti pemikiran pra-oprasional anak-anak. Contohnya ialah, ketika orang dewasa sedang berangan-angan (daydreaming). Perbedaan memang beda, yakni orang dewasa dapat berpikir, mengubah maju dan mundur dari intelegensi intuitif (kecerdasan ilhami) ke inteligensi oprasional kognitif (kecerdasan akli), sedangkan anak-anak belum bisa melakukannya.
            Satuan langkah berpikir anak akan menjadi dasar terbentuk nya inteligensi intuitif. Inteligensi menurut Piaget, bukan sifat yang biasanya digambarkan dengan skor IQ itu. Inteligensi adalah proses, yang dalam hal ini berupa tahapan langkah oprasional tertentu yang mendasari semua pemikiran dan pengetahuan manusia, disamping merupakan proses pembentukan pemahaman.      Dalam inteligensi operasional anak yang sedang berada pada tahap konkret oprasional terdapat sistem operasi kognitif yang meliputi[3]:
1)      Conservation (konservasi/ pengekalan) adalah kemampuan anak dalam memahami aspek-aspek kumulatif materi, seperti volume dan jumlah.
2)      Addition Of Classes (penambahan golongan benda) yakni kemampuan anak dalam memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang dianggap berkelas lebih rendah, seperti mawar dan melati, dan menghubungkan nya dengan golongan benda berkelas lebih tinggi, seperti bunga.
3)      Multiplication Of Classes (pelipatgandaan golongan benda), yakni kemampuan yang melibatkan pengetahuan mengenai cara mempertahan kan dimensi-dimensi benda (seperti warna bunga dan tipe bunga) untuk membentuk gabungan golongan benda (seperti mawar merah,mawar putih, dan seterusnya).
d.      Tahap Formal-Operasional (11 - 15 tahun)
            Dalam tahap ini yang bisa disebut masa remaja,  akan dapat mengatasi masalah keterbatasan pemikiran konkret-operasional. Sesungguhnya tidak hanya berlaku bagi remaja hingga usia 15 tahun, tetapi juga bagi remaja bahkan orang dewasa yang berusia lebih tua. Hal ini perlu dikemukakan, sebab upaya riset Piaget yang mengambil subjek anak dan remaja hingga usia 15 tahun itu dianggap sudah cukup representatif bagi usia-usia selanjutnya.
            Dalam perkembangan kognitif tahap akhir ini seorang remaja telah memiliki kemampuan mengoordinasikan baik secara simultan (serentak) maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif, yakni[4]:
1)      Kapasitas menggunakan hipotesis (anggapan dasar), yakni berpikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungannya yang ia respons.
2)      Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, yakni remaja akan mampu mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak, seperti ilmu agama (tauhid), ilmu matematika, dsb.
          Sebagai pelengkap uraian ini, perlu diutarakan dua hal penting mengenai inteligansi dalam hubungan nya dengan proses perkembangan kognitif . Pertama, sebaiknya para guru dan orang tua juga para calon guru mengetahui bahwa inteligensi (kecerdasan) itu melibatkan interaksi aktif antara siswa dengan dunia dan sekitarnya. Kedua, tahapan-tahapan perkembangan kognitif anak yang telah di kemukakan Piaget diatas merupakan jalan umum yang di tempuh oleh perkembangan inteligensi anak tersebut.[5]

2.      Jerome Bruner
            Adapun tahap-tahap perkembangan kognitif, yaitu[6] :
a.       Tahap enaktif (0 - 2 tahun)
            Pada tahap ini, anak memahami lingkungannya. Misalnya, tidak ada kata yang membantu orang dewasa ketika mengajar anak berlatih naik sepeda. Belajar naik sepeda berarti lebih mengutamakan kecakapan motorik. Pada tahap ini, anak memahami objek sepeda berdasarkan apa yang dilakukannya, misalnya dengan memegang, menggerakkan, memukul, menyentuh, dan sebagainya.
b.      Tahap ikonik (2 - 4 tahun)
            Pada tahap ini, karakteristik tunggal pada objek yang diamati dijadikan sebagai pegangan, dan pada akhirnya anak mengembangkan memori visualnya.
c.       Tahap simboik (5 - 7 tahun)
            Pada tahap ini, tindakan tanpa pemikiran terlebih dahulu dan pemahaman perseptual sudah berkembang. Bahasa, logika, matematika memegang peranan penting. Tahap simbolik ini memberikan peluang anak untuk menyusun gagasannya secara padat, misalnya menggunakan gambar yang saling menghubungkan bentuk-bentuk rumus tertentu.
          Bruner menyatakan bahwa perkembangan kognitif seseorang berkembang dari tahap enaktif ke ikonik dan pada akhirnya ke simbolik. Meskipun demikian, bukan berarti orang dewasa tidak lagi mengkodekan pengalamannya melalui sistem enaktif dan ikonik, namun karena adanya banyak pengalaman, orang dewasa lebih banyak menggunakan cara berpikir simbolik dibandingkan dengan enaktif dan ikonik.

3.      David Ausubel
            Menurut David Ausubel ada 2 jenis belajar, yaitu[7] :
a.       Belajar Bermakna (Meaningfull Learning)
            Belajar dikatakan bermakna apabila informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik itu sehingga peserta didik itu dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Sehingga peserta didik menjadi kuat ingatannya dan transfer belajarnya mudah dicapai.
b.      Belajar Menghafal (Rote Learning)
            Bila struktur kognitif yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada maka informasi baru tersebut harus dipelajari secara menghafal. Belajar menghafal ini perlu bila seseorang memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang ia ketahui sebelumnya.

B.     Berpikir
            Berpikir merupakan perilaku menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu.[8]
            Ada 2 macam didalam berpikir, yaitu[9] :
1.      Berpikir Asosiatif
            Adalah berpikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya. Berpikir asosiatif merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dan respons.
2.      Berpikir Rasional dan Kritis
            Adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah. Dalam berpikir rasional, siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebab-akibat, menganalisis, menarik kesimpulan-kesimpulan, dan bahkan menciptakan hukum-hukum (kaidah teoretis) dan ramalan-ramalan.

C.    Teori Behaviorisme
            Secara umum, teori Behaviorisme merupakan ilmu tentang tingkah laku. Terdapat beberapa tokoh yang berpendapat tentang masalah ini. Menurut Charles Darwin, ia mengatakan bahwa manusia merupakan hasil proses evolusi secara kebetulan dari binatang-binatang yang lebih rendah.[10]
            Kaum behavioris sangat mengagungkan proses belajar asosiatif atau proses belajar stimulus-respon ini sebagai penjelasan terpenting tentang tingkah laku. Kaum behavioris menganut paham relativisme budaya dan moral.[11]
            Gardner Lindzey dan Calvin Hall telah menganalisis dan membandingkan berbagai teori kepribadian. Mereka sependapat dengan teori Dollard dan Miller yang berpendapat bahwa konflik yang tak disadari, yang sebagian besar diperoleh selama masa bayi dan masa kanak-kanak, merupakan pangkal bagi kebanyakan gangguan emosional berat dalam kehidupan dikemudian hari.[12]
            Darwin, kaum Behavioris memandang manusia hanya sebagai salah satu jenis binatang, tanpa perbedaan yang esensial dengan jenis-jenis binatang lainnya dan memiliki kecenderungan-kecenderungan merusak dan antisosial yang sama.
            B.F Skinner, pemimpin tradisi Behavioris masa kini berpendapat bahwa, satu-satunya perbedaan antara tingkah laku tikus (binatang) dan tingkah laku manusia terletak dalam soal tingkah laku verbal. Etika, moral, dan nilai-nilai hanyalah hasil proses belajar asosiatif. [13]
            Sigmund Freud dan psikolog-psikolog lain lebih mengandalkan pada pengamatan klinis, sedangkan kaum Behavioris lebih mengandalkan percobaan-percobaan dilaboratorium yang dikontrol ketat. Dari pendapat Sigmund Freud dan kaum Behavioris yang selalu mempertahankan pendapatnya, akhirnya ada sebuah pernyataan yang mutakhir yang dikemukakan oleh Floyd W. Matson (1966) “Adalah suatu kebenaran yang dapat dibuktikan ... bahwa prinsip-prinsip dasar Behaviorisme tidak hanya hidup subur dilaboratorium para eksperimentalis, melainkan juga menempati posisi yang mantap dan menonjol dalam skema konseptual mereka”.[14]
            Bandura memiliki pendapat (asumsi) tersendiri dalam kaitannya dengan hakikat manusia dan kepribadian. Asumsinya itu adalah sebagai berikut[15]:
1.      Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang sadar, berpikir, merasa dan mengatur tingkah lakunya sendiri.Dengan demikian manusia bukan seperti pion atau bidak yang mudah sekali dipengaruhi atau dimanipulasi oleh lingkungan. Hubungan antara manusia dengan lingkungan bersifat saling mempengaruhi satu sama lainnya.
2.      Kepribadian berkembang dalam konteks sosial, interaksi antara satu sama lainnya.Dengan demikian teori kepribadian yang tepat adalah yang mempertimbangkan konteks sosial tersebut.
                        Teori belajar sosial bandura tentang kepribadian didasarkan kepada formula bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil interaksi timbal balik yang terus menerus antara faktor-faktor penentu: internal (kognisi, persepsi, dan faktor lainnya yang mempengaruhi kegiatan manusia), dan eksternal (lingkungan).
                        Bandura menyetujui keyakinan dasar behaviorisme yang mempercayai bahwa kepribadian dibentuk melalui belajar. Namun dia berpendapat bahwa “conditioning” bukan proses yang mekanis, manusia menjadi partisipan yang pasif.

D.    Jenis-jenis Makanan Untuk Otak
            Jenis-jenis Makanan Untuk Otak terdiri dari[16] :
1.      Brokoli
2.      Bayam
3.      Kenari
4.      Ikan Salmon
5.      Tomat
6.      Teh Hijau
7.      Cokelat Hitam
8.      Blueberry




[1] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta : PT. Rajawali Pers, 2012), h. 26.
[2] Ibid., h. 27.
[3] Ibid., h. 31.
[4] Ibid., h. 33.
[5] Ibid., h. 35.
[6] Rita Kurniawati, etc., Perkembangan Kognitif Menurut Pandangan Bruner,
[7] Umi Amini, Teori Kognitif Menurut David Ausubel, https://www.academia.edu/8176305/Teori_Kognitif_Menurut_David_Ausubel, diakses pada 21 September 2017 pukul 10.34 WIB.
[8] KBBI Offline 1.5
[9] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta : PT. Rajawali Pers, 2012), h. 122.
[10] Frank G. Goble diterjemahkan oleh A. Supratinya, Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta : Kanisius, 1987), h. 22.
[11] Ibid., h. 23.
[12] Ibid., h. 24.
[13] Ibid., h. 25.
[14] Ibid., h. 27.
[15]Ambar Mulya, Teori Kepribadiaan Behavioristik Menurut Bandura http://ambarmulyaa.blogspot.co.id/2013/04/teori-kepribadiaan-behavioristik.html, diakses pada 21 September 2017 pukul 11.27 WIB.

MANTAN GUBERNUR LAMPUNG YANG TETAP EKSIS SEBAGAI DUTA BESAR REPUBLIK INDONESIA UNTUK KROASIA

  ( Gambar 1. Komjen (Purn.) Drs. H. Syachroedin Zainal Pagaralam (Kanan) ) [1] Sjachroedin Zainal Pagaralam yang saat ini memili...