A.
Pengertian
Kreativitas
“Kreativitas
menurut Santrock yaitu kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara-cara yang
baru dan tidak biasa serta melahirkan suatu solusi yang unik terhadap
masalah-masalah yang dihadapi.”[1]
Berdasarkan penjelasan diatas, penyusun
menyimpulkan bahwa kreativitas
adalah kemampuan yang ada didalam diri seseoraang untuk berpikir tentang hal
baru dan memiliki ciri khas agar menghasilkan sesuatu yang unik.
Freeman dan Munandar mengemukakan bahwa
kreavitas ialah ekspresi seluruh kemampuan anak. Drevdahl (dalam Hurlock),
mengungkapkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan
komposisi, produk yang pada dasarnya tidak dikenal pembuatannya.
Pada intinya kreativitas adalah
kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan
maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan sebelumnya. Kemudian ada pula
menurut Moreno dalam Slameto yang penting dalam kreativitas itu bukanlah
penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa
produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi dirinya, orang lain
atau dunia pada umumnya.[2]
B.
Hubungan
Kreativitas dengan Intelegensi
Dalam mendefinisikan pengertian
intelegensi mempunyai pengertian yang beragam, diantaranya[3] :
1. G.
P. Chaplin, Inteligensi itu sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri
terhadap situasi baru secara tepat dan efektif.
2. Binet
menyatakan bahwa sifat hakikat inteligensi itu ada 3 macam
a. kecerdasan
untuk menetapkan dan mempertahankan tujuan tertentu. semakin cerdas seseorang
akan semakin cakap ialah membuat tujuan sendiri.
b. kemampuan
untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka pencapaian tujuan tersebut.
c. kemampuan
untuk belajar dari kesalahan yang telah dibuatnya.
C.
Mekanisme
Kreativitas
David Cambell melalui lima tahap
dalam proses kreatif yaitu:
1.
Persiapan (Preparation)\
Meletakan
dasar, mempelajari latar belakang masalah, seluk beluk
dan problematikanya.
Meskipun tidak semua ahli kreatif, namun kebanyakan pencipta adalah ahli.
Terobosan gemilang dalam suatu bidang hampir selalu dihasilkan oleh
orang-orang yang sudah lama berkecimpung dan lama berpikir dalam
bidang itu. Persiapan untuk kreativitas itu kebanyakan dilakukan atas dasar
“minat”. Kesuksesan orang-orang besar tercapai dan bertahan, bukan oleh
loncatan yang tiba-tiba, tetapi dengan usaha keras.
2.
Konsentrasi (Concentration)
Orang-orang
kreatif biasanya serius, perhatiannya tercurah dan pikirannya terpusat
pada hal yang mereka kerjakan. Penulis, seniman, ilmuan, penemu, orang
iklan, dan usahawan inovatif kerap menceritakan saat-saat konsentrasi
panjang yang mereka buat sebelum perkara yang mereka coba pecahkan
teratasi. Orang-orang semacam itu memang merangsang tirai yang dipergunakan untuk
menyaring tuntutan dari luar: kepentingan
keluarga dikesampingkan, hidup
kemasyarakatan amat
dibatasi, acara harian dianggap tidak penting, bahkan pekerjaan rutin diletakkan di
luar perhatiannya. Yang menyita lahir batin mereka adalah perkara yang
sedang mereka hadapi, mereka membuat konsentrasi.
Tahap
konsentrasi merupakan kelanjutan dari proses studi pada tahap persiapan, tetapi lebih
intensif. Tahap konsentrasi merupakan waktu pemusatan, waktu
menimbang-nimbang, waktu menguji, waktu awal,untuk mencoba dan mengalami
gagal, trial and error. Jika dari usaha konsentrasi itu, tidak lahir sukses
dalam waktu yang wajar, konsentrasi memuncak menjadi semacam
kegilaan. Orang yang
melakukan konsentrasi itu menjadi kecewa, kendor dan kehilangan
kesabaran.”mengapa belum
muncul
ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian cara baru dibenakku? Jawaban pasti ada!
Tetapi dimana.
3. Inkubasi (Incubation)
Mengambil
waktu untuk meninggalkan perkara, istirahat, waktu santai. Sebuah busur
tak dapat direntang terus-menerus untuk jangka panjang tanpa bahaya
patah. Maka kita perlu melarikan diri dari perkara yang sedang kita
selesaikan, masalah yang hendak kita pecahkan. Inkubasi merupakan saat di mana
sedikit demi sedikit kita bebaskan dari kerutinan berpikir, kebiasaan
bekerja, kelaziman pemakai cara.
4. Iluminasi
Tahap
iluminasi merupakan tahap yang paling menyenangkan sebab bagian yang paling
nikmat dalam penciptaan. Sebab tahap ketika segalanya jelas dan penerapan
untuk pemecahan masalah, penyelesaian perkara, cara kerja, jawaban
baru tiba-tiba tampak laksana kilat. Pada waktu tahap iluminasi itu datang.
Kita ibarat orang mabuk kepayang. Kita melayang amat gembira tak
terlukiskan. Hal ini dapat dipahami, sebab tahap iluminasi tiba, baru sesaat
sesudah konsentrasi yang padat dan kekecewaan yang kerap tidak kecil.
Sesudah kita bersitegang diri dengan masalah atau perkara selama
berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun, secara tiba-tiba
pemecahan masalah atau penyelesaian perkara itu muncul, laksana letusan mercon hebat ditengah
malam sunyi. Pelepasan dari ketegangan itu seperti ledakan, baik uap panas yang
memecahkan alat penyimpanannya. Rasa nyaman itu menjadi semangkin besar, mana kala
penyelesaian perkara dan pemecahan masalah itu muncul dengan mendadak tak
terduga-duga dan tak diharap-harapkan. Kita dapat saja berteriak berisi
pemberitahuan secara terbata-bata tentang ide, gagasan hebat yang baru di
dapat, masalah yang selesai, perkara yang terselesaikan, jawaban yang
baru diketemukan.
5.
Verifikasi/ Produksi
Memastikan apakah solusi itu benar-benar memecahkan
masalah. Tahap AHA!, betapa pun memuaskan, barulah merupakan akhir dari suatu
awal. Masih ada pekerjaan berat yang harus dikerjakan. Kalau sudah menemukan
ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja baru, kita harus turun tangan
mewujudkannya. Kecakapan kerja merupakan bagian penting dalam karya kreatif.
Betapapun banyak ide, gagasan, ilham, impian bagus-bagus yang ditemukan, jika
tidak dapat diwujudkan, semuanya akan lenyap bagai embun diterjang sinar
matahari. Maka orang kreatif harus memiliki kecakapan kerja baik secara pribadi
maupun kelompok. Demikianlah tahapan-tahapan proses kreativitas yang harus
dilalui oleh orang-orang yang berpikir kreatif yang dimulai dari persiapan-konsentrasi-inkubasi-iluminasi
dan berakhir pada tahap verifikasi/produksi.
D.
Ciri-ciri
Anak Kreatif
Dunia anak
merupakan dunia kreativitas, dimana anak membutuhkan ruang gerak, berpikir dan
emosional yang terbimbing dan cukup memadai.
Salah satu aspek
penting dalam kreativitas adalah memahami ciri-cirinya. Supriadi mengatakan
bahwa ciri-ciri kreativitas dapat dikelompokkan dalam kategori kognitif, dan
non kognitif. Ciri-ciri kognitif diantaranya fleksibilitas, kelancaran.
Sedangkan ciri non kognitif diantaranya motivasi sikap, dan kepribadian
berkreatif.
Ayan
mengungkapkan kepribadian orang yang kreatif ditandai dengan beberapa
karakteristik, antara lain[4] :
1.
Antusias
2.
Banyak
Akal
3.
Berpikiran
Terbuka
4.
Bersikap
Spontan
5.
Cakap
6.
Dinamis
7.
Giat
Dan Rajin
8.
Idealis
9.
Ingin
Tahu
Sedangkan
menurut Utami Munandar mengemukakan bahwa ciri-ciri karakteristik, antara lain[5] :
1.
Sedang
mencari pengalaman baru
2.
Memiliki
keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit
3.
Memiliki
inisiatif
4.
Memiliki
ketekunan yang tinggi
5.
Berani
menyatakan pendapat
6.
Selalu
ingin tahu
7.
Peka
atau perasa
E. Pendekatan
4 P (Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk) dalam Mengembangkan Kreativitas
Pendekatan 4 P
yaitu ditinjau dari aspek pribadi,
pendorong, proses dan produk. Di bawah
ini akan dijabarkan secara rinci, sebagai
berikut:
1. Pribadi
Kreativitas adalah ungkapan dari keunikan individu
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari ungkapan pribadi yang unik inilah dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-produk
yang inovatif. Oleh karena itu, pendidik
hendaknya dapat menghargai keunikan pribadi dan bakat-bakat peserta didiknya dan jangan
mengharapkan semua peserta melakukan dan
menghasilkan hal-hal yang sama, atau mempunyai minat yang sama. Guru hendaknya membantu anak
menemukan bakat- bakatnya dan
menghargainya.
2.
Pendorong
Untuk perwujudan bakat kreatif anak diperlukan
dorongan dan dukungan dari
lingkungan, yang berupa apresiasi, dukungan, pemberian penghargaan, pujian, insentif dan lain-lainnya. Dan
dorongan kuat dalam diri anak itu sendiri
untuk menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif dapat berkembang
dalam lingkungan yang
mendukung tetapi juga
dapat dihambat dalam
lingkungan yang tidak
menunjang pengembangan bakat itu. Di dalam keluarga di sekolah,
di dalam lingkungan pekerjaan maupun
di dalam masyarakat harus ada penghargaan dan dukungan terhadap sikap dan perilaku kreatif individu atau
kelompok individu. Banyak orang tua yang
kurang menghargai kegiatan kreatif anak mereka, yang lebih memprioritaskan pencapaian prestasi
akademis yang tinggi dan memperoleh ranking
di dalam kelas. Mengambil les piano atau melukis tidak begitu penting atau tidak diprioritaskan
meskipun anak menunjukkan bakat
dan minat mengenai bidang tersebut, karena kekhawatiran dapat menurunkan ranking di dalam kelas.
Demikian pula beberapa guru meskipun menyadari
pentingnya pengembangan kreativitas, tetapi dengan kurikulum yang ketat dan kelas-kelas dengan jumlah
murid yang banyak, maka tidak ada waktu untuk
kreativitas menjadi lebih dikedepankan. Padahal kesibukan kreatif memperkaya hidup anak dan tidak
sampai merugikan prestasi akademisnya.
Justru sebaliknya, karena anak merasa senang dan puas bahwa bakat dan minatnya dapat
dikembangkan, ia menjadi lebih
semangat untuk belajar.
3.
Proses
Untuk
mengembangkan kreativitas anak, ia perlu diberi kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif. Pendidik
hendaknya dapat merangsang anak
untuk melibatkan dirinya dalam berbagai kegiatan kreatif. Dalam hal ini yang penting adalah memberikan
kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan
dirinya secara kreatif. Misalnya dalam tulisan, lukisan, bangunan dan sebagainya. Tentunya dengan tidak
merugikan orang lain atau lingkungan.
Pertama-tama yang perlu adalah proses bersibuk diri secara kreatif tanpa perlu selalu atau terlalu
cepat menuntut dihasilkannya produk
kreatif yang bermakna. Sebab produk kreatif akan muncul dengan sendirinya dalam iklim yang menunjang,
menerima dan menghargai anak. Perlu pula
diingat bahwa kurikulum sekolah yang terlalu padatsehingga tidak ada peluang
untuk kegiatan kreatif dan jenis penugasan atau pekerjaan yang monoton, tidak menunjang
pengembangan kreativitas anak.
Hendaknya orang tua dan guru menyadari bahwa waktu luang seyogyanya
digunakan untuk melakukan
kegiatan konstruktif yangndiminati
anak dan tidak belajar semata-mata atau melakukan kegiatanmyang pasif apalagi destruktif.
4.
Produk
Kondisi yang
memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna adalah kondisi pribadi dan lingkungan
yaitu sejauh
mana keduanya mendorong seseorang untuk
melibatkan dirinya dalam proses
(kesibukan, kegiatan) kreatif. Dengan menemukenali bakat dan ciri-ciri pribadi kreatif dengan
menyediakan waktu dan sarana-prasarana yang
menggugah minat anak meskipun tidak perlu mahal, maka produk-
produk kreativitas anak dipastikan akan
timbul. Yang tidak boleh dilupakan adalah
bahwa pendidik menghargai produk kreativitas anak dan meng-komunikasikannya
kepada yang lain, misal dengan menunjukkan hasil karya
anak. Hal ini
akan menggugah minat
anak untuk berkreasi.
F.
Faktor
Pendukung dan Penghambat Pengembangan Kreativitas
1.
Faktor
Pendukung
Kreativitas
merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat dikembangkan. berikut ini menurut
para ahli mengenai beberapa faktor pendukung kreativitas.
Conny
Semiawan dalam Adhipura ia mengemukakan bahwa kebebasan dan keamanan psikologis
merupakan kondisi terpenting dalam mengembangkan kreatifitas. Anak merasa bebas
secara psikologis nya, jika terpenuhi persyaratan berikut ini:
a. Guru
menerima siswa sebagaimana adanya, tanpa syarat, dalam segala kelebihan dan
kekurangannya dan memberikan kepercayaannya pada dasarnya anak baik dan mampu;
b. Guru
mengusahakan suasana agar siswa tidak merasa terancam
c. Guru
memahami pemikiran, perasaan dan prilaku siswa.
Torancce dalam supriadi mengemukakan
tentang lima bentuk interaksi guru dan
siswa di kelas, yaitu[6] :
a. Menghormati
pertanyaan pertanyaan yang tidak biasa
b. Menghormati
gagasan yang tidak biasa serta imajinatif dari siswa Memberikan kesempatan pada
siswa untuk belajar atas prakasa sendiri
c. Memberi
penghargaan kepada siswa
d. Meluangkan
waktu bagi siswa untuk belajar dan bersibuk diri tanpa suasana penilaian.
Hurlock ada beberapa faktor yang di
kemukakan dalam meningkatkan kreatifitas yaitu[7]:
a. Waktu
b. Kesempatan
menyendiri
c. Dorongan
terlepas dari seberapa jauh prestasi anak memenuhi standar orang dewasa
d. Sarana
e. Lingkungan
yang merangsang.
f. Hubungan
anak dan orang tua yang tidak posesif
g. Cara
mendidik anak
h. Kesempatan
untuk memperoleh pengetahuan
2. Faktor
Penghambat Kreativitas
Renjuli
dalam munandar mengemukakan tiga ciri pokok yang saling terkait yaitu kemampuan
umum, kreatifitas, dan pengikatan diri terhadap tugas atau motifasi intrinsik. Dalam
mengembangkan, seorang dapat mengalami berbagai hambatan, kendala atau
rintangan yang dapat merusak bahkan dapat mematikan kreatifitasnya.
Cropley
dalam Adhipura mengemukakan beberapa karakteristi guru yang cenderung
menghambat keterampilan berfikir kreatif kesediaan atau keberanian anak untuk
mengemukakan kreatifitas mereka, diantaranya[8] :
a. Penekanan
bahwa guru selalu benar
b. Penekanan
berlebihan pada hafalan
c. Penekanan
pada belajar secara mekanis teknik pemecahan masalah
d. Penekanan
pada evaluasi eksternal.
Amabile
dalam munandar mengemukakan ada empat cara yang dapat mematikan kreatifitas
anak, yaitu: pertama, evaluasi dalam memupuk kreatifitas anak, guru hendaknya
tidak memberikan evaluasi atau menunda pemberian sewaktu anak sedang asyik
berkreasi. kedua hadiah. Kebanyakan orang percaya bahwa memberi hadiah akan
memperbaiki atau meningkatkan perilaku tersebut. tapi sebaliknya hadiah dapat
merusak motivasi intrinsik dan mematikan kreatifitas ketiga, persaingan lebih
kompleks dari pada pemberian evaluasi atau hadiah secara tersendiri. Karena
kompetisi meliputi keduanya. keempat, lingkungan yang membatasi belajar.
Belajar dan kreatifitas tidak dapat ditingkatkan tidak dapat ditingkatkan
dengan paksaan. Jika belajar di paksakan dalam lingkungan yang amat membatasi,
maka minat intrinsik anak dapat di rusak.
Utami
Munandar mengemukakan pendapat, yaitu[9] :
a. Mengemukakan
kepada anak bahwa ia akan di hukum jika berbuat salah
b. Tidak
membolehkan anak menjadi marah terhadap orang tua
c. Tidak
membolehkan anak mempertanyakan keputusan orang tua
d. Tidak
membolehkan anak bermain dengan yang berbeda dari keluarga anak mempunyai
pandangan dan nilai yang berbeda dari keluarga anak.
e. Anak
tidak boleh berisik
f. Orang
tua ketat dalam mengawasi kegiatan anak
g. Orang
tua memberi saran spesifik tentang penylesaian tugas
h. Orang
tua kritis terhadap anak dan menolak gagasan anak
i.
Orang tua tidak sabar
oleh anak
j.
Orang tua dan anak adu
kekuasaan
k. Orang
tua menekan dan memaksa anak untuk menyelesaikan tugas.
G.
Manfaat Kreativitas dalam Kehidupan Anak
Berikut merupakan manfaat dari
kreativitas[10] :
1.
Kreativitas memberi
anak-anak kesenangan dan kepuasan
pribadi yang sangat
besar penghargaan yang
mempunyai pengaruh nyata terhadap
perkembangan kepribadiannya. Misalnya tidak ada yang dapat memberi anak
rasa puas yang lebih besar daripada menciptakan sesuatu sendiri, apakah itu
berbentuk rumah, yang dibuat dari kursi yang dibalik dan ditutupi selimut atau
gambar seekor anjing. Dan tidak ada yang lebih mengurangi harga dirinya daripada
kritik atau ejekan terhadap kreasi itu atau pertanyaan apa sesungguhnya bentuk yang
dibuatnya itu.
2.
Menjadi kreatif penting bagi
anak kecil untuk menambah bumbu dalam permainannya pusat kegiatan hidup mereka, jika kreativitas dapat
membuat permainan menyenangkan, mereka akan merasa bahagia dan puas, ini
sebaliknya akan menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang baik.
3.
Prestasi merupakan
kepentingan utama dalam penyesuaian hidup mereka, maka kreativitas membantu
mereka untuk mencapai keberhasilan di bidang yang berarti bagi mereka dan dipandang
baik oleh orang yang berarti baginya akan menjadi sumberkepuasan ego yang
besar.
4.
Nilai kreativitas yang
penting dan sering dilupakan ialah kepemimpinan, pada setiap tingkatan usia
pemimpin harus menyumbangkan sesuatu pada kelompok yang penting artinya bagi
anggota kelompok, sumbangan itu mungkin dalam bentuk usulan bagi kegiatan
bermain yang baru dan berbeda atau berupa usulan mengenai bagaimana tanggung
jawab khusus terhadap kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad
Susanto. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana Prenada
Media Grup, 2011.
Masganti
Sit, dkk. Pengembangan Kreativitas Anak
Usia Dini. Medan : Perdana
Publishing. Cet.I. 2016.
Pebria
Suhartini. Pengembangan Kreativitas Anak
Usia Dini Melalui Metode Bermain Dengan Permainan Balok di Taman Kanak-Kanak Sabrina
Sukarame Bandar Lampung.
Skripsi
: IAIN Raden Intan.
[1] Masganti Sit, dkk., “Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini”,
(Medan : Perdana Publishing, 2016), Cet.I, h. 1.
[2] Ibid., h.2.
[3] ibid., h. 3.
[4] Pebria
Suhartini, “Pengembangan Kreativitas Anak
Usia Dini Melalui Metode Bermain Dengan Permainan Balok di Taman Kanak-Kanak
Sabrina Sukarame Bandar Lampung”, (Skripsi : IAIN Raden Intan), h. 47.
[6] Ahmad Susanto, “Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta :
Kencana Prenada Media Grup, 2011), h.123.
[7] Ibid., h.
124.
[8] ibid., h. 125.
[9] Ibid., h. 127.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar