Jumat, 21 September 2018

DASAR-DASAR PENGEMBANGAN KREATIVITAS



   A.    Pengertian Kreativitas
“Kreativitas menurut Santrock yaitu kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara-cara yang baru dan tidak biasa serta melahirkan suatu solusi yang unik terhadap masalah-masalah yang dihadapi.”[1]
Berdasarkan penjelasan diatas, penyusun menyimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan yang ada didalam diri seseoraang untuk berpikir tentang hal baru dan memiliki ciri khas agar menghasilkan sesuatu yang unik.  
Freeman dan Munandar mengemukakan bahwa kreavitas ialah ekspresi seluruh kemampuan anak. Drevdahl (dalam Hurlock), mengungkapkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk yang pada dasarnya tidak dikenal pembuatannya.
Pada intinya kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan sebelumnya. Kemudian ada pula menurut Moreno dalam Slameto yang penting dalam kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi dirinya, orang lain atau dunia pada umumnya.[2]

   
   B.     Hubungan Kreativitas dengan Intelegensi
Dalam mendefinisikan pengertian intelegensi mempunyai pengertian yang beragam, diantaranya[3] :
1.      G. P. Chaplin, Inteligensi itu sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara tepat dan efektif.
2.      Binet menyatakan bahwa sifat hakikat inteligensi itu ada 3 macam
a.       kecerdasan untuk menetapkan dan mempertahankan tujuan tertentu. semakin cerdas seseorang akan semakin cakap ialah membuat tujuan sendiri.
b.      kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka pencapaian tujuan tersebut.
c.       kemampuan untuk belajar dari kesalahan yang telah dibuatnya.

   C.    Mekanisme Kreativitas
David Cambell melalui lima tahap dalam proses kreatif yaitu:
1.      Persiapan  (Preparation)\
Meletakan dasar, mempelajari latar belakang masalah, seluk beluk
dan problematikanya. Meskipun tidak semua ahli kreatif, namun kebanyakan pencipta adalah ahli. Terobosan gemilang dalam suatu bidang hampir selalu dihasilkan oleh orang-orang yang sudah lama berkecimpung dan lama berpikir dalam bidang itu. Persiapan untuk kreativitas itu kebanyakan dilakukan atas dasar “minat”. Kesuksesan orang-orang besar tercapai dan bertahan, bukan oleh loncatan yang tiba-tiba, tetapi dengan usaha keras.
2.      Konsentrasi  (Concentration)
Orang-orang kreatif biasanya serius, perhatiannya tercurah dan pikirannya terpusat pada hal yang mereka kerjakan. Penulis, seniman, ilmuan, penemu, orang iklan, dan usahawan inovatif kerap menceritakan saat-saat konsentrasi panjang yang mereka buat sebelum perkara yang mereka coba pecahkan teratasi. Orang-orang semacam itu memang merangsang tirai yang dipergunakan untuk menyaring tuntutan dari luar:  kepentingan  keluarga  dikesampingkan,  hidup  kemasyarakatan amat dibatasi, acara harian dianggap tidak penting, bahkan pekerjaan rutin diletakkan di luar perhatiannya. Yang menyita lahir batin mereka adalah perkara yang sedang mereka hadapi, mereka membuat konsentrasi.
Tahap konsentrasi merupakan kelanjutan dari proses studi pada tahap persiapan, tetapi lebih intensif. Tahap konsentrasi merupakan waktu pemusatan, waktu menimbang-nimbang, waktu menguji, waktu awal,untuk mencoba dan mengalami gagal, trial and error. Jika dari usaha konsentrasi itu, tidak lahir sukses dalam waktu yang wajar, konsentrasi memuncak menjadi  semacam  kegilaan.  Orang  yang  melakukan  konsentrasi  itu menjadi kecewa, kendor dan kehilangan kesabaran.”mengapa belum muncul ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian cara baru dibenakku? Jawaban pasti ada! Tetapi dimana.
3. Inkubasi  (Incubation)
Mengambil waktu untuk meninggalkan perkara, istirahat, waktu santai. Sebuah busur tak dapat direntang terus-menerus untuk jangka panjang tanpa bahaya patah. Maka kita perlu melarikan diri dari perkara yang sedang kita selesaikan, masalah yang hendak kita pecahkan. Inkubasi merupakan saat di mana sedikit demi sedikit kita bebaskan dari kerutinan berpikir, kebiasaan bekerja, kelaziman pemakai cara.
4. Iluminasi
Tahap iluminasi merupakan tahap yang paling menyenangkan sebab bagian yang paling nikmat dalam penciptaan. Sebab tahap ketika segalanya jelas dan penerapan untuk pemecahan masalah, penyelesaian perkara, cara kerja, jawaban baru tiba-tiba tampak laksana kilat. Pada waktu tahap iluminasi itu datang. Kita ibarat orang mabuk kepayang. Kita melayang amat gembira tak terlukiskan. Hal ini dapat dipahami, sebab tahap iluminasi tiba, baru sesaat sesudah konsentrasi yang padat dan kekecewaan yang kerap tidak kecil. Sesudah kita bersitegang diri dengan masalah atau perkara selama berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun, secara tiba-tiba pemecahan masalah atau penyelesaian perkara  itu muncul, laksana letusan mercon hebat ditengah malam sunyi. Pelepasan dari ketegangan itu seperti ledakan, baik uap panas yang memecahkan alat penyimpanannya. Rasa nyaman itu menjadi semangkin besar, mana kala penyelesaian perkara dan pemecahan masalah itu muncul dengan mendadak tak terduga-duga dan tak diharap-harapkan. Kita dapat saja berteriak berisi pemberitahuan secara terbata-bata tentang ide, gagasan hebat yang baru di dapat, masalah yang selesai, perkara yang terselesaikan, jawaban  yang  baru  diketemukan.
5. Verifikasi/ Produksi
Memastikan apakah solusi itu benar-benar memecahkan masalah. Tahap AHA!, betapa pun memuaskan, barulah merupakan akhir dari suatu awal. Masih ada pekerjaan berat yang harus dikerjakan. Kalau sudah menemukan ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja baru, kita harus turun tangan mewujudkannya. Kecakapan kerja merupakan bagian penting dalam karya kreatif. Betapapun banyak ide, gagasan, ilham, impian bagus-bagus yang ditemukan, jika tidak dapat diwujudkan, semuanya akan lenyap bagai embun diterjang sinar matahari. Maka orang kreatif harus memiliki kecakapan kerja baik secara pribadi maupun kelompok. Demikianlah tahapan-tahapan proses kreativitas yang harus dilalui oleh orang-orang yang berpikir kreatif yang dimulai dari persiapan-konsentrasi-inkubasi-iluminasi dan berakhir pada tahap verifikasi/produksi.

   D.    Ciri-ciri Anak Kreatif
Dunia anak merupakan dunia kreativitas, dimana anak membutuhkan ruang gerak, berpikir dan emosional yang terbimbing dan cukup memadai.
Salah satu aspek penting dalam kreativitas adalah memahami ciri-cirinya. Supriadi mengatakan bahwa ciri-ciri kreativitas dapat dikelompokkan dalam kategori kognitif, dan non kognitif. Ciri-ciri kognitif diantaranya fleksibilitas, kelancaran. Sedangkan ciri non kognitif diantaranya motivasi sikap, dan kepribadian berkreatif.
Ayan mengungkapkan kepribadian orang yang kreatif ditandai dengan beberapa karakteristik, antara lain[4] :
1.      Antusias
2.      Banyak Akal
3.      Berpikiran Terbuka
4.      Bersikap Spontan
5.      Cakap
6.      Dinamis
7.      Giat Dan Rajin
8.      Idealis
9.      Ingin Tahu
Sedangkan menurut Utami Munandar mengemukakan bahwa ciri-ciri karakteristik, antara lain[5] :
1.      Sedang mencari pengalaman baru
2.      Memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit
3.      Memiliki inisiatif
4.      Memiliki ketekunan yang tinggi
5.      Berani menyatakan pendapat
6.      Selalu ingin tahu
7.      Peka atau perasa

E.     Pendekatan 4 P (Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk) dalam Mengembangkan Kreativitas
Pendekatan 4 P yaitu ditinjau dari aspek pribadi, pendorong, proses dan produk. Di bawah ini akan dijabarkan secara rinci, sebagai berikut:
1. Pribadi
Kreativitas adalah ungkapan dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari ungkapan pribadi yang unik inilah dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif. Oleh karena itu, pendidik hendaknya dapat menghargai keunikan pribadi dan bakat-bakat peserta didiknya dan jangan mengharapkan semua peserta melakukan dan menghasilkan hal-hal yang sama, atau mempunyai minat yang sama. Guru hendaknya membantu anak menemukan bakat- bakatnya  dan  menghargainya.
2. Pendorong
Untuk perwujudan bakat kreatif anak diperlukan dorongan dan dukungan dari lingkungan, yang berupa apresiasi, dukungan, pemberian penghargaan, pujian, insentif dan lain-lainnya. Dan dorongan kuat dalam diri anak itu sendiri untuk menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif dapat berkembang  dalam  lingkungan  yang  mendukung  tetapi  juga  dapat dihambat  dalam  lingkungan  yang  tidak  menunjang  pengembangan bakat itu. Di dalam keluarga di sekolah, di dalam lingkungan pekerjaan maupun di dalam masyarakat harus ada penghargaan dan dukungan terhadap sikap dan perilaku kreatif individu atau kelompok individu. Banyak orang tua yang kurang menghargai kegiatan kreatif anak mereka, yang lebih memprioritaskan pencapaian prestasi akademis yang tinggi dan memperoleh ranking di dalam kelas. Mengambil les piano atau melukis tidak begitu penting atau tidak diprioritaskan meskipun anak menunjukkan bakat dan minat mengenai bidang tersebut, karena kekhawatiran dapat menurunkan ranking di dalam kelas. Demikian pula beberapa guru meskipun menyadari pentingnya pengembangan kreativitas, tetapi dengan kurikulum yang ketat dan kelas-kelas dengan jumlah murid yang banyak, maka tidak ada waktu untuk kreativitas menjadi lebih dikedepankan. Padahal kesibukan kreatif memperkaya hidup anak dan tidak sampai merugikan prestasi akademisnya. Justru sebaliknya, karena anak merasa senang dan puas bahwa bakat dan minatnya dapat dikembangkan, ia menjadi lebih semangat untuk belajar.
3. Proses
Untuk mengembangkan kreativitas anak, ia perlu diberi kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif. Pendidik hendaknya dapat merangsang anak untuk melibatkan dirinya dalam berbagai kegiatan kreatif. Dalam hal ini yang penting adalah memberikan kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif. Misalnya dalam tulisan, lukisan, bangunan dan sebagainya. Tentunya dengan tidak merugikan orang lain atau lingkungan. Pertama-tama yang perlu adalah proses bersibuk diri secara kreatif tanpa perlu selalu atau terlalu cepat menuntut dihasilkannya produk kreatif yang bermakna. Sebab produk kreatif akan muncul dengan sendirinya dalam iklim yang menunjang, menerima dan menghargai anak. Perlu pula diingat bahwa kurikulum sekolah yang terlalu padatsehingga tidak ada peluang untuk kegiatan kreatif dan jenis penugasan atau pekerjaan yang monoton, tidak menunjang pengembangan kreativitas anak. Hendaknya orang tua dan guru menyadari bahwa waktu luang seyogyanya  digunakan  untuk  melakukan  kegiatan  konstruktif  yangndiminati anak dan tidak belajar semata-mata atau melakukan kegiatanmyang pasif apalagi destruktif.
4. Produk
Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna adalah kondisi pribadi dan lingkungan yaitu sejauh
mana keduanya mendorong seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan, kegiatan) kreatif. Dengan menemukenali bakat dan ciri-ciri pribadi kreatif dengan menyediakan waktu dan sarana-prasarana yang menggugah minat anak meskipun tidak perlu mahal, maka produk-
produk kreativitas anak dipastikan akan timbul. Yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa pendidik menghargai produk kreativitas anak dan meng-komunikasikannya kepada yang lain, misal dengan menunjukkan hasil karya  anak.  Hal  ini  akan  menggugah  minat  anak  untuk  berkreasi.

   F.     Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Kreativitas

1.      Faktor Pendukung
Kreativitas merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat dikembangkan. berikut ini menurut para ahli mengenai beberapa faktor pendukung kreativitas.
Conny Semiawan dalam Adhipura ia mengemukakan bahwa kebebasan dan keamanan psikologis merupakan kondisi terpenting dalam mengembangkan kreatifitas. Anak merasa bebas secara psikologis nya, jika terpenuhi persyaratan berikut ini:
a.       Guru menerima siswa sebagaimana adanya, tanpa syarat, dalam segala kelebihan dan kekurangannya dan memberikan kepercayaannya pada dasarnya anak baik dan mampu;
b.      Guru mengusahakan suasana agar siswa tidak merasa terancam
c.       Guru memahami pemikiran, perasaan dan prilaku siswa.
Torancce dalam supriadi mengemukakan tentang  lima bentuk interaksi guru dan siswa di kelas, yaitu[6] :
a.       Menghormati pertanyaan pertanyaan yang tidak biasa
b.      Menghormati gagasan yang tidak biasa serta imajinatif dari siswa Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar atas prakasa sendiri
c.       Memberi penghargaan kepada siswa
d.      Meluangkan waktu bagi siswa untuk belajar dan bersibuk diri tanpa suasana penilaian.
Hurlock ada beberapa faktor yang di kemukakan dalam meningkatkan kreatifitas yaitu[7]: 
a.       Waktu
b.      Kesempatan menyendiri
c.       Dorongan terlepas dari seberapa jauh prestasi anak memenuhi standar orang  dewasa
d.      Sarana
e.       Lingkungan yang merangsang.
f.       Hubungan anak dan orang tua yang tidak posesif
g.      Cara mendidik anak
h.      Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan

2.      Faktor Penghambat Kreativitas
Renjuli dalam munandar mengemukakan tiga ciri pokok yang saling terkait yaitu kemampuan umum, kreatifitas, dan pengikatan diri terhadap tugas atau motifasi intrinsik. Dalam mengembangkan, seorang dapat mengalami berbagai hambatan, kendala atau rintangan yang dapat merusak bahkan dapat mematikan kreatifitasnya.
Cropley dalam Adhipura mengemukakan beberapa karakteristi guru yang cenderung menghambat keterampilan berfikir kreatif kesediaan atau keberanian anak untuk mengemukakan kreatifitas mereka, diantaranya[8] :
a.       Penekanan bahwa guru selalu benar
b.      Penekanan berlebihan pada hafalan
c.       Penekanan pada belajar secara mekanis teknik pemecahan masalah
d.      Penekanan pada evaluasi eksternal.
Amabile dalam munandar mengemukakan ada empat cara yang dapat mematikan kreatifitas anak, yaitu: pertama, evaluasi dalam memupuk kreatifitas anak, guru hendaknya tidak memberikan evaluasi atau menunda pemberian sewaktu anak sedang asyik berkreasi. kedua hadiah. Kebanyakan orang percaya bahwa memberi hadiah akan memperbaiki atau meningkatkan perilaku tersebut. tapi sebaliknya hadiah dapat merusak motivasi intrinsik dan mematikan kreatifitas ketiga, persaingan lebih kompleks dari pada pemberian evaluasi atau hadiah secara tersendiri. Karena kompetisi meliputi keduanya. keempat, lingkungan yang membatasi belajar. Belajar dan kreatifitas tidak dapat ditingkatkan tidak dapat ditingkatkan dengan paksaan. Jika belajar di paksakan dalam lingkungan yang amat membatasi, maka minat intrinsik anak dapat di rusak.
Utami Munandar mengemukakan pendapat, yaitu[9] :
a.       Mengemukakan kepada anak bahwa ia akan di hukum jika berbuat salah
b.      Tidak membolehkan anak menjadi marah terhadap orang tua
c.       Tidak membolehkan anak mempertanyakan keputusan orang tua
d.      Tidak membolehkan anak bermain dengan yang berbeda dari keluarga anak mempunyai pandangan dan nilai yang berbeda dari keluarga anak.
e.       Anak tidak boleh berisik
f.       Orang tua ketat dalam mengawasi kegiatan anak
g.      Orang tua memberi saran spesifik tentang penylesaian tugas
h.      Orang tua kritis terhadap anak dan menolak gagasan anak
i.        Orang tua tidak sabar oleh anak
j.        Orang tua dan anak adu kekuasaan
k.      Orang tua menekan dan memaksa anak untuk menyelesaikan tugas.


   G.    Manfaat Kreativitas dalam Kehidupan Anak
Berikut merupakan manfaat dari kreativitas[10] :
1.      Kreativitas memberi anak-anak kesenangan dan kepuasan  pribadi  yang  sangat  besar  penghargaan  yang  mempunyai pengaruh  nyata  terhadap  perkembangan  kepribadiannya.  Misalnya tidak ada yang dapat memberi anak rasa puas yang lebih besar daripada menciptakan sesuatu sendiri, apakah itu berbentuk rumah, yang dibuat dari kursi yang dibalik dan ditutupi selimut atau gambar seekor anjing. Dan tidak ada yang lebih mengurangi harga dirinya daripada kritik atau ejekan terhadap kreasi itu atau pertanyaan apa sesungguhnya bentuk yang dibuatnya itu.
2.      Menjadi kreatif penting bagi anak kecil untuk menambah bumbu dalam permainannya pusat kegiatan hidup mereka, jika kreativitas dapat membuat permainan menyenangkan, mereka akan merasa bahagia dan puas, ini sebaliknya akan menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang baik.
3.      Prestasi merupakan kepentingan utama dalam penyesuaian hidup mereka, maka kreativitas membantu mereka untuk mencapai keberhasilan di bidang yang berarti bagi mereka dan dipandang baik oleh orang yang berarti baginya akan menjadi sumberkepuasan ego yang besar.
4.      Nilai kreativitas yang penting dan sering dilupakan ialah kepemimpinan, pada setiap tingkatan usia pemimpin harus menyumbangkan sesuatu pada kelompok yang penting artinya bagi anggota kelompok, sumbangan itu mungkin dalam bentuk usulan bagi kegiatan bermain yang baru dan berbeda atau berupa usulan mengenai bagaimana tanggung jawab khusus terhadap kelompok.



DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Susanto. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup,  2011.
Masganti Sit, dkk. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Medan : Perdana Publishing. Cet.I. 2016.
Pebria Suhartini. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Dengan Permainan Balok di Taman Kanak-Kanak Sabrina Sukarame Bandar Lampung. Skripsi : IAIN Raden Intan.


[1] Masganti Sit, dkk., “Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini”, (Medan : Perdana Publishing, 2016), Cet.I, h. 1.
[2] Ibid., h.2.
[3] ibid., h. 3.  
[4] Pebria Suhartini, “Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Dengan Permainan Balok di Taman Kanak-Kanak Sabrina Sukarame Bandar Lampung”, (Skripsi : IAIN Raden Intan), h. 47.
[5] 
[6] Ahmad Susanto, “Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup,  2011),  h.123.
[7]  Ibid., h. 124.
[8] ibid., h. 125.
[9] Ibid., h. 127.
[10] Masganti Sit, dkk., “Pengembangan…, h. 25-26.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MANTAN GUBERNUR LAMPUNG YANG TETAP EKSIS SEBAGAI DUTA BESAR REPUBLIK INDONESIA UNTUK KROASIA

  ( Gambar 1. Komjen (Purn.) Drs. H. Syachroedin Zainal Pagaralam (Kanan) ) [1] Sjachroedin Zainal Pagaralam yang saat ini memili...